"Malam minggu enaknya ngapain
ya?" Kata Zohir sambil memegang perutnya yang kekenyangan, baru saja
selesai babak kedua dari buka puasa.
"Purut udah buncit kaya gitu
sih, paling-paling juga kamu ngorok" Kata Uki, Zohir terkekeh..
"Tapi masa sih, tiap malam
minggu kita bengong mulu" Kata Zohir.
"yang bengong itu kamu aja
kali, jangan pake kita" Kata Uki protes.
"Nah kalau gak bengong, kamu
ngapain hayo.."
"Otakku itu penuh dengan Ide
Hir, gak ada waktu untuk bengong-bengongan, kalaupun terlihat bengong, itu
tandanya sedang memikirkan sesuatu" Jawab Uki.
"Alaaah... So' jenius kamu
Ki" Kata Zohir.
"Memang aku jenius Hir, gak
seperti kamu, malam minggu gak malam minggu sama aja, kerjaannya bengong mulu,
apalagi semenjak Susi pulang kampung, seminggu lagi sepertinya kamu masuk Rumah
sakit jiwa deh" Kata Uki sadis.
"Gak segitunya kali ki"
Jawab Zohir cemberut.
"Hey, makhluk aneh, kalian gak
pada keluar ya?" Kata Tya dengan langkahnya yang dibuat gemulai,
dandanannya udah aduhay.
"Bulan ramadhan, gak ada waktu
untuk jalan-jalan keluar" Jawab Zohir.
"So' Alim lo, diam di kost
juga cuma pada bengong kaya orang bego" Kata Tya.
"Zohir memang sudah bego dari
sononya" Kata Uki.
"Sama Kaya kamu" Jawab
Tya.
"Tapi kamu suka kan?"
Kata Uki kedip-kedip mata.
"Cih, najis taw" Kata
Tya, di luar suara klakson motor udah menjerit beberapa kali. "Ok deh,
selamat berbengong aja, aku mau keluar sama si Beib lo" Kata Tya turun
tangga.
"Sana pergi, hati-hati ya,
perasaanku gak enak" Kata Zohir, Tya cemberut tanpa menjawab.
Uki dan Zohir memilih nangkring di
beranda rumah lantai atas, jadi lumayan asik bisa memandangi bintang-bintang
dilangit, ditemani secangkir kopi dan beberapa batang rokok filter.
tidak berapa lama Bela keluar dari
kamar, rambut panjangnya kusut, ngucek-ngucek mata sejenak, kemudian berjalan
ke arah Uki dan Zohir.
"Ternyata kamu ada di kamar
Bel" Kata Uki.
"Ia nih, kepalaku lagi
cenat-cenut" Jawab Bela sambil menguap."Boleh gabungkan"
Tambahnya.
"Boleh aja, tempat inikan
milik bersama" Kata UKi.
Zohir duduk tersandar, di jari
tangan kirinya masih terslit sebatang rokok yang nyaris tinggal puntung.
"Cowok kamu kemana Bel?"
Tanya Zohir.
"Putus seminggu yang
lalau" Kata Bela, Uki terkekeh, Zohir senyum.
"Yeee.. bukannya prihatin,
malah diketawain" Kata Bela manyun."Prihatin sih, tapi ada bagusnya
juga, kita berdua jadi ada teman malam ini" Kata Uki.
"Ugh.. bahagia di atas
penderitaan orang lain namanya.." Kata Bela.
"Memangnya kenapa kamu bisa
putus?" Tanya Zohir.
"Biasalah, perbedaan
prinsip" Kata Bela.
"Wah.. boleh daftar nih"
Kata Uki sambil terkikik.
"Boleh, tapi harus lulus tes
dulu" Jawab Bela.
"Busyet dah.." Kata Uki
angkat tangan. Bela tersenyum manis..
"Si Tami gmana?" Tanya
Bela.
Uki langsung menarik nafas,
dihembuskan lagi dengan desahan berat.
"Jangan Tanya Bel, si Tami
makin jauh tuh" Kata Zohir melirik Uki.
"Untuk saat ini, aku mencoba
menjauh" Kata Uki dengan nada puitis, Bela menahan senyum, Zohir malah
ngakak.
"Perjuangkan donk Ki? masa
gitu aja nyerah" Kata Bela.
"Gak ada yang patut untuk
diperjuangkan, aku mulai sadar, cinta itu gak boleh dipaksakan" Kata Uki,
dia kali ini benar-benar bicara dengan nada serius.
"Betul juga sih, buat apa
ngotot kalau hanya bertepuk sebelah tangan" Kata Bela.
"Nah itu dia, mungkin masih
banyak wanita yang lebih baik untuk ku suatu saat" Kata Uki melirik Bela,
yang dilirik malah senyum-senyum masem.
sejenak suasana menjadi hening,
angin malam minggu mulai menusut tulang persendian.
"Hem.. masih ada aku nih"
Kata Zohir merasa dicuekin.
"Ow.. masih ada toh, kirain
udah hanyut ke alam mimpi" Kata Uki.
tapi sejenak kemudian suara
dengkuran datang dari arah Zohir.
"busyet, antara terjaga dengan
mimpi kaya gak ada jarak sama sekali" Kata Uki, Bela tertawa pelan.
"malam minggu ini sepi bange
ya?" Kata Bela.
"Di kos, ya sepi, coba ke
jalan-jalan, pasti penuh" Jawab Uki.
kembali hening, dengkuran Zohir
benar-benar mengganggu, entah mengapa Uki dan Bela jadi sama-sama kaku, tidak
seperti biasanya.
"Kamu rencana pulang kampung
kapan Bel?" Tanya Uki memecah kesunyian.
"Rencananya sih dua hari
sebelum lebaran, kamu?" Tanya Bela
"mungkin enggak pulang"
Jawab Uki
"Lho, koq gak pulang?"
"Gak tahu juga, males aja..
berat di ongkos" Jawab Uki.
"bagaimana kalau ikut sama aku
aja?" Kata Bela..Deg.. jantung Uki jadi berdenyut lebih kencang.
"Wah.. malu aku ikut ke
kampung mu" Jawab Uki.
"Ye.. Malu kenapa juga"
Kata Bela.."Ohok.. Khem, Huacihm!!!!" suara Zohir antara batuk,
ngelindur dengan Bersin jadi satu.
Uki dan Bela terkejut di buatnya.
"Nyam... Udah saur ke?"
Kata Zohir mengucek-ngucek mata, secepat kilat mengelap ilernya yang mengalir
sampai ke leher, Bela bergidik memandangnya."sahur sana kamu sendiri"
Kata Uki, entah mengapa perasaannya jadi dongkol..
"Kita sahur sama-sama aja
Yu'" Kata Bela, "biar kau yang masak deh" Tambahnya.
"Boleh, sepertinya lebih
asik" Kata Uki.
"Sejak kapan kamu baik, sampai
mau masakin kita segala" Kata Zohir. Bela kembali cemberut.
"Ow, jadi selama ini manurut
kamu aku kurang baik begitu?" Kata Bela melotot, Zohir terkekeh,
"baik sih, tapi dikit"
Jawab Zohir.
malam minggu itu di tutup dengan
acara sahur bersama, Bela sebagai tukang masak walau hanya masak mie+telor,
apapun makanannya asal ada keiklasan dan kebersamaan, semuanya terasa enak.
seperti itulah yang dirasakan Uki, jauh di dasar hatinya, ia berkata.. kalau
dilihat-lihat, bela itu cantik juga, baik lagi.. boleh nih...