Hampir satu bulan ini Pontianak dilanda kemarau, air ledeng mulai payau bin asin malah sering gak ngalir, tempayan pada kering, yang jadi korban siapa? pastinya anak-anak kos termasuk Uki dan Zohir, gak bisa nyuci, akibatnya baju bau apek pun tetap di pake..
"Gawat hir, ini baju udah 4
hari berturut aku pakai" kata Uki, menyandarkan diri di dinding kamar.
"salah sendiri, kenapa kewarin
waktu air ngalir kamu gak nyuci" Kata Zohir.
"Memangnya kamu nyuci
Hir?"
"Gak juga sih, ini baju udah
seminggu malah melekat di badan" Jawab Zohir nyengir.
"Kalau kamu sih wajar Hir, air
lancar saja sebulan sekali baru nyuci" kata Uki keki. Zohir kembali
terkekeh.
di dalam kamar suasana semakin
gerah, panas mentari meresap ke celah-celah dinding kamar, ditambah kepulan
asap rokok dari bibir keringnya Zohir, pengap deh tuh ruangan, Uki dan Zohir
memutuskan untuk duduk nangkring di peranda depan lantas atas, menikmati udara
segar, berharap cewek-cewek di kos itu ikutan nongkrong.
"Ngapain kita duduk di sini
Ki" Kata Zohir.
"Menanti hujan Hir,"
Jawab Uki. "Coba kamu nyanyi Hir, biar mendung segera datang, suara
kamukan merdu" tambahnya.
"Baru nyadar ya, kalau suara
ku merdu" Jawab Zohir berdehem, bersiap melantunkan sebuah lagu.
"Ia, Merdu.. kaya suara Kodok,
makanya kalau kamu nyanyi langit pasti langsung mendung" Kata Uki
terkekeh..
"Sialan, enak aja suara ku di
samakan sama suara kodok" Kata Zohir.
"Bukan nyamakan Hir, tapi
mendekati, katakanlah serupa tapi tidak sama" Kata Uki.
"Ngomongin apa sih
ribut-ribut" Kata Bella, keluar dari kamarnya.
akhirnya keluar juga,
pikir uki..
"Biasa Bell, ngomongin
hujan" Jawab Uki.
"Hujan aja diributkan, gak
topik yang lebih menarik kah?" Kata Susi ikutan kaluar kamar, Zohir
langsung merapikan rambutnya.
"Eh, Susi, kirain bobok"
Jawab Zohir.
"Tadinyasih mau tidur, tapi
mendengar suara kalian berdua, sumpah.. jadi hilang selera tidur ku" Jawab
Susi jutek.
"Suara kami merdu ya?"
Kata UKi.
"Uh.. merdu banget, kalah
suara ketawanya nenek lampir" Jawab Bella senyum-senyum manis..
Uki dan Zohir saling pandang.
kamudian ikutan tersenyum, walau terlihat sangat pahit.
langit benar-benar mendung, tapi
hawa panasnya masih perkasa mengendap di seng-seng rumah kos.
"Kayanya kos ini semenjak ada
kalian berdua bertambah panas deh" Kata Bella.
"Ia, setuju Bel, padahal
dulu-dulunya sejuk dan adem selalu" Kata Susi.
"Ini pasti gara-gara Zohir,
dari mukanya aja terpancar hawa panas" Kata Uki.
"Enak aja, wajah ku adem
begini" Jawab Zohir, Susi dan Bella hanya tersenyum.
"Ah... kalian berdua itu sama
saja, wajah-wajah pembawa panas" Kata Bella..
"Tapi kamu sukakan...."
Kata Uki ngedip-ngedip mata, Zohir senyum-senyum menatap Susi, yang ditatap
malah mencibir.
"Ciiss... siapa yang suka sama
cowok menyebalkan sedunia macam kamu" Jawab Bella, tapi senyumnya
tersungging jua di bibir tipisnya. Uki pura-pura tidak melihat.
"Gak apa-apa deh Hir, kita
dibilang cowok menyebalkan sedunia, yang penting suara kamu bisa memanggil
hujan" Kata Uki menadahkan telapak tangan, hujan benar-benar turun
walau hanya gerimis
"Ye... cowok menyebalkan
sedunia itu kamu saja kali Ki, jangan bawa-bawa aku dong, benarkan Sus?"
Jawab Zohir.
"Ia, kamu memang gak
menyebalkan Hir, tapi jauh lebih menyebalkan" Kata Susi menikam jantung
pertahanan Zohir.
"Tuhkan Hir, mendingan kamu
nyanyi aja sekarang, biar hujan makin lebat" Kata Uki, Zohir memanjangkan
lehernya, membiarkan tetesan hujan mengenai rambutnya..
hujan, biarkan kami menantimu..
sebagai saksi atas apa yang ku rasa,
oh... cinta, mengapa begitu
menggelora di saat jantung ini tertusuk duka...
kata Zohir benar-benar bernyayi,
kayanya tuh lagu ciptaannya sendiri.. Uki, Susi dan Bella, ketiganya malah
ngakak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar