TT

Kita adalah Tokoh Utama dalam Kisah Kita sendiri.. Berjuanglah!!

Rabu, 09 Mei 2012

Bengong di Malam Minggu


"Malam minggu enaknya ngapain ya?" Kata Zohir sambil memegang perutnya yang kekenyangan, baru saja selesai babak kedua dari buka puasa.
"Purut udah buncit kaya gitu sih, paling-paling juga kamu ngorok" Kata Uki, Zohir terkekeh..
"Tapi masa sih, tiap malam minggu kita bengong mulu" Kata Zohir.
"yang bengong itu kamu aja kali, jangan pake kita" Kata Uki protes.
"Nah kalau gak bengong, kamu ngapain hayo.."
"Otakku itu penuh dengan Ide Hir, gak ada waktu untuk bengong-bengongan, kalaupun terlihat bengong, itu tandanya sedang memikirkan sesuatu" Jawab Uki.
"Alaaah... So' jenius kamu Ki" Kata Zohir.
"Memang aku jenius Hir, gak seperti kamu, malam minggu gak malam minggu sama aja, kerjaannya bengong mulu, apalagi semenjak Susi pulang kampung, seminggu lagi sepertinya kamu masuk Rumah sakit jiwa deh" Kata Uki sadis.
"Gak segitunya kali ki" Jawab Zohir cemberut.
"Hey, makhluk aneh, kalian gak pada keluar ya?" Kata Tya dengan langkahnya yang dibuat gemulai, dandanannya udah aduhay.
"Bulan ramadhan, gak ada waktu untuk jalan-jalan keluar" Jawab Zohir.
"So' Alim lo, diam di kost juga cuma pada bengong kaya orang bego" Kata Tya.
"Zohir memang sudah bego dari sononya" Kata Uki.
"Sama Kaya kamu" Jawab Tya.
"Tapi kamu suka kan?" Kata Uki kedip-kedip mata.
"Cih, najis taw" Kata Tya, di luar suara klakson motor udah menjerit beberapa kali. "Ok deh, selamat berbengong aja, aku mau keluar sama si Beib lo" Kata Tya turun tangga.
"Sana pergi, hati-hati ya, perasaanku gak enak" Kata Zohir, Tya cemberut tanpa menjawab.
Uki dan Zohir memilih nangkring di beranda rumah lantai atas, jadi lumayan asik bisa memandangi bintang-bintang dilangit, ditemani secangkir kopi dan beberapa batang rokok filter.
tidak berapa lama Bela keluar dari kamar, rambut panjangnya kusut, ngucek-ngucek mata sejenak, kemudian berjalan ke arah Uki dan Zohir.
"Ternyata kamu ada di kamar Bel" Kata Uki.
"Ia nih, kepalaku lagi cenat-cenut" Jawab Bela sambil menguap."Boleh gabungkan" Tambahnya.
"Boleh aja, tempat inikan milik bersama" Kata UKi.
Zohir duduk tersandar, di jari tangan kirinya masih terslit sebatang rokok yang nyaris tinggal puntung.
"Cowok kamu kemana Bel?" Tanya Zohir.
"Putus seminggu yang lalau" Kata Bela, Uki terkekeh, Zohir senyum.
"Yeee.. bukannya prihatin, malah diketawain" Kata Bela manyun."Prihatin sih, tapi ada bagusnya juga, kita berdua jadi ada teman malam ini" Kata Uki.
"Ugh.. bahagia di atas penderitaan orang lain namanya.." Kata Bela.
"Memangnya kenapa kamu bisa putus?" Tanya Zohir.
"Biasalah, perbedaan prinsip" Kata Bela.
"Wah.. boleh daftar nih" Kata Uki sambil terkikik.
"Boleh, tapi harus lulus tes dulu" Jawab Bela.
"Busyet dah.." Kata Uki angkat tangan. Bela tersenyum manis..
"Si Tami gmana?" Tanya Bela.
Uki langsung menarik nafas, dihembuskan lagi dengan desahan berat.
"Jangan Tanya Bel, si Tami makin jauh tuh" Kata Zohir melirik Uki.
"Untuk saat ini, aku mencoba menjauh" Kata Uki dengan nada puitis, Bela menahan senyum, Zohir malah ngakak.
"Perjuangkan donk Ki? masa gitu aja nyerah" Kata Bela.
"Gak ada yang patut untuk diperjuangkan, aku mulai sadar, cinta itu gak boleh dipaksakan" Kata Uki, dia kali ini benar-benar bicara dengan nada serius.
"Betul juga sih, buat apa ngotot kalau hanya bertepuk sebelah tangan" Kata Bela.
"Nah itu dia, mungkin masih banyak wanita yang lebih baik untuk ku suatu saat" Kata Uki melirik Bela, yang dilirik malah senyum-senyum masem.
sejenak suasana menjadi hening, angin malam minggu mulai menusut tulang persendian.
"Hem.. masih ada aku nih" Kata Zohir merasa dicuekin.
"Ow.. masih ada toh, kirain udah hanyut ke alam mimpi" Kata Uki.
tapi sejenak kemudian suara dengkuran datang dari arah Zohir.
"busyet, antara terjaga dengan mimpi kaya gak ada jarak sama sekali" Kata Uki, Bela tertawa pelan.
"malam minggu ini sepi bange ya?" Kata Bela.
"Di kos, ya sepi, coba ke jalan-jalan, pasti penuh" Jawab Uki.
kembali hening, dengkuran Zohir benar-benar mengganggu, entah mengapa Uki dan Bela jadi sama-sama kaku, tidak seperti biasanya.
"Kamu rencana pulang kampung kapan Bel?" Tanya Uki memecah kesunyian.
"Rencananya sih dua hari sebelum lebaran, kamu?" Tanya Bela
"mungkin enggak pulang" Jawab Uki
"Lho, koq gak pulang?"
"Gak tahu juga, males aja.. berat di ongkos" Jawab Uki.
"bagaimana kalau ikut sama aku aja?" Kata Bela..Deg.. jantung Uki jadi berdenyut lebih kencang.
"Wah.. malu aku ikut ke kampung mu" Jawab Uki.
"Ye.. Malu kenapa juga" Kata Bela.."Ohok.. Khem, Huacihm!!!!" suara Zohir antara batuk, ngelindur dengan Bersin jadi satu.
Uki dan Bela terkejut di buatnya.
"Nyam... Udah saur ke?" Kata Zohir mengucek-ngucek mata, secepat kilat mengelap ilernya yang mengalir sampai ke leher, Bela bergidik memandangnya."sahur sana kamu sendiri" Kata Uki, entah mengapa perasaannya jadi dongkol..
"Kita sahur sama-sama aja Yu'" Kata Bela, "biar kau yang masak deh" Tambahnya.
"Boleh, sepertinya lebih asik" Kata Uki.
"Sejak kapan kamu baik, sampai mau masakin kita segala" Kata Zohir. Bela kembali cemberut.
"Ow, jadi selama ini manurut kamu aku kurang baik begitu?" Kata Bela melotot, Zohir terkekeh,
"baik sih, tapi dikit" Jawab Zohir.
malam minggu itu di tutup dengan acara sahur bersama, Bela sebagai tukang masak walau hanya masak mie+telor, apapun makanannya asal ada keiklasan dan kebersamaan, semuanya terasa enak. seperti itulah yang dirasakan Uki, jauh di dasar hatinya, ia berkata.. kalau dilihat-lihat, bela itu cantik juga, baik lagi.. boleh nih... 

Berawal dari Rambutan


"Apa? dikampung kamu banyak rambutan?" Kata Zohir begitu Bella mengajak Uki untuk ikut ke kampungnya.
"Bukan lagi banyak, gak kemakan malah" Jawab Bella, nadanya kurang senang, yang diajak Uki, yang jawab Zohir.
"Wah, kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini Ki" Kata Zohir, Uki terlihat masih mikir.
"Ye.. siapa yang ngajak kamu?" Kata Bella.
"Hir, kalau kamu ikut, rambutan tu bisa habis dengan pohon-pohonnya" Kata Uki.
"Emang aku monyet" Jawab Zohir.
"Monyet mana bisa ngabiskan rambutan dengan pohonnya" Kata Uki.
"Terus apa?" Tanya Zohir.
"Kingkong, hahah" Kata Uki ngakak, Bella ikutan tertawa.
"Memangnya Kingkong bisa makan pohon rambutan" Tanya Zohir merngut.
"Makan sih gak bisa, tapi kan bisa numbangkan" Jawab Uki masing ngakak.
"Jadi ikut gak Ki?" Kata Bella.
"Ok, kita pergi bertiga" Jawab Uki.
"Nah itu baru temen" Kata Zohir.
"Sebenarnya aku gak rela kalau Zohir ikut" Kata Bella, "tapi gak tega juga kalau di tinggal di kost sendirian" Tambahnya, Zohir kembali cemberut. Bela dan uki kembali ngakak melihat Muka Zohir cemberut, gak cemberut aja jelek, apalagi cemberut.
setelah menyiapkan beberapa perlengkapan, akhirnya ketiga anak kost itu berangkat menuju kampung Bella, awalnya mau pake motor, tapi setelah mempertimbangkan beberapa kemungkinan, akhirnya mobil umum sebagai pilihan untuk dijadikan alat transportasi, Bella, kurang setuju, tapi Uki Nekat, alasannya pake mobil itu jauh lebih menyenangkan, Zohir sih ngikut-ngikut aja, namanya juga ekor.
setelah setengah hari perjalanan, akhirnya sampai juga di sebuah perkampungan sejuk damai, dan jauh dari keramaian..
"Wuih,, di sini alamnya masih murni" Kata Uki.
"Semurni jiwaku" Kata Zohir menghirup udara segar dengan mata terpejam.
"Murni dari mana, udah karatan kaya gitu" Kata Bella, Uki ngikik.
"Silahkan di minum airnya?" Kata Ibunya Bella menghidangkan air kelapa + beberapa potong kueh, Bella sudah bilang bahwa kalau dia bakal bawa teman, jadi ibunya sudah menyiapkan sambutan.
"Beginilah keadaan di kampung, harap di maklumi aja" Kata Bapaknya Bella.
"Perkampungan di sini jauh lebih maju pak, listrik udah masuk, rumah-rumah penduduk juga sepertinya banyak yang udah permanen, jalan juga sudah bagus" Jawab Uki. Bapak Bella tersenyum
"Memangnya ada perkampuang yang lebih parah dari kampung ini" Kata Bapak Bella.
"Ada Pak, kampungnya Zohir, tanya aja sama orangnya tuh.. udahlah Jalannya tanah merah, setapak tikus, naik gunung, belum ada listrik lagi,  pokoknya parah bangetlah" Jawab Uki.
"Enak aja, perkampungan kamu tuh yang lebih parah Ki, masih banyak aspal-aspal bau dari kotoran Bab I" Kata Zohir. lagi-lagi bapaknya Bella hanya tersenyum bijak.
"Oia, katanya kalian mau rambutan, tuh silahkan panjat" Kata Bella.
"Sebenarnya dari tadi nih nunggu di suruh" Jawab Zohir langsung berlari ke arah pohon rambutan.
"Tuh kan Bel, kalau Zohir ikut, rambutan itu pasti habis dengan pohonnya" Kata Uki, Bela tertawa ngikik, zohir sudah melupakan semuanya, wajahnya benar-benar telah berubah menjadi rambutan. Bapak bella kembali kebelakang.
kini diberanda rumah hanya ada Uki dan Bella, sejenak hening, Uki pura-pura menghirup sisa air kelapa di gelasnya.
"Di sini benar-benar tentram ya" Kata UKi.
"ya begitulah, makanya aku tuh kalau lagi stres pengen cepat-cepat pulang" Jawab Bela..
angin berhembus dengan lembut, memainkan rambut panjangnya Bella, diam-diam Uki memperhatikannya.
"Udara di sini seakan masih bersahabat, kicau burung benar-benar menentramkan jiwa" Kata Uki, kulit rambutan melayang ke arah ke palanya, tapi dengan sigap dia mengelak.
"Tanganmu harus lebih terlatih untuk mengenai kepalaku Hir?" Teriak Uki mencibir.
"Sengaja gak ku kenain Ki, nih rasakan!!!" teriak Zohir dari arah pohon rambutan.
"Busyet... curang kamu Hir" Kata Uki begitu dia terkena lemparan, kali ini bukan hanya kulitnya, tapi dengan isi rambutannya, Zohir malah tertawa ngakak."Bel, boleh lihat telapak tangan kamu gak?" Kata Uki
"Kenapa memangnya?" Tanya Bela
"Mau lihat aja, bagaimana bentuk garis telapak tangan kamu" Kata Uki.
"Mm.. Boleh" Kata Bela, membuka telapak tangangannya, mirip orang yang sedang amin dalam do'a-doa.
Uki memegang tangan Bela, keningnya mengkerut..
"Wah, bahaya Bel" Kata Uki.
"Kenapa?" Kata Bella cemas.
"Sepertinya tangan kamu harus segera di cuci" Kata Uki mengeluarkan biji rambutan dari mulutnya, dan jatuh tepat di telapak tangan Bella.."Uugh.... Uki Jahat!!!!!" Teriak Bella, melemparkan biji rambutan ke arah Uki, Tapi uki dengan sigap mengelak, ia malah berlari sambil tertawa ngakak, Bella mengejarnya."Hir, minta rambutan!!!" Teriak Bella, Zohir menjatuhkan beberapa buah, Bella langsung melempari Uki, yang dilempar malah cengar-cengir sambil berlari mengitari beberapa pohon yang ada di sekita halaman.
"Udah Bel, ampun" Kata Uki begitu melihat Bella terus berusaha melempari Uki tak kenal menyerah."Hajar Aja Bel" Teriak Zohir, udah berapa puluh buah masuk ke dalam perutnya, tapi sepertinya belum ada tanda-tanda turun dari pohon rambutan.
"Siapa yang nyari gara-gara hayo" Kata Bella. Uki kembali nyengir.
Zohir akhirnya turun, perutnya benar-benar buncit..
"Hah,, kenyang aku"
"Hir-hir, di kampung kamu rambutan menjadi buah yang sangat langka ya, sampe segitunya makan rambutan" Kata Bella.
"hehehe.. ia bel, lagi langka" Jawab Zohir sesak nafas.
ketiganya kembali duduk di beranda rumah, Zohir terlentang tanpa baju,
"Andai Susi ada di sini" Kata Zohir lirih, beberada detik kemudian, dia mulai mendengkur. Uki dan Bella menggelengkan kepala hampir berbarengan, kemudian sama-sama tersenyum.
"Untung kamu ada di sini" Kata Uki menatap Bella.
Bella tersenyum, "Kalau gak ada?"
"Kalau gak ada, bisa-bisa aku stres ala Zohir" Kata Uki ngikik..
"Huh, gombal" Kata Bella, tapi jelas di wajahnya tersenyum senang..

Obrolan Menanti Hujan


Hampir satu bulan ini Pontianak dilanda kemarau, air ledeng mulai payau bin asin malah sering gak ngalir, tempayan pada kering, yang jadi korban siapa? pastinya anak-anak kos termasuk Uki dan Zohir, gak bisa nyuci, akibatnya baju bau apek pun tetap di pake..
"Gawat hir, ini baju udah 4 hari berturut aku pakai" kata Uki, menyandarkan diri di dinding kamar.
"salah sendiri, kenapa kewarin waktu air ngalir kamu gak nyuci" Kata Zohir.
"Memangnya kamu nyuci Hir?"
"Gak juga sih, ini baju udah seminggu malah melekat di badan" Jawab Zohir nyengir.
"Kalau kamu sih wajar Hir, air lancar saja sebulan sekali baru nyuci" kata Uki keki. Zohir kembali terkekeh.
di dalam kamar suasana semakin gerah, panas mentari meresap ke celah-celah dinding kamar, ditambah kepulan asap rokok dari bibir keringnya Zohir, pengap deh tuh ruangan, Uki dan Zohir memutuskan untuk duduk nangkring di peranda depan lantas atas, menikmati udara segar, berharap cewek-cewek di kos itu ikutan nongkrong.
"Ngapain kita duduk di sini Ki" Kata Zohir.
"Menanti hujan Hir," Jawab Uki. "Coba kamu nyanyi Hir, biar mendung segera datang, suara kamukan merdu" tambahnya.
"Baru nyadar ya, kalau suara ku merdu" Jawab Zohir berdehem, bersiap melantunkan sebuah lagu.
"Ia, Merdu.. kaya suara Kodok, makanya kalau kamu nyanyi langit pasti langsung mendung" Kata Uki terkekeh..
"Sialan, enak aja suara ku di samakan sama suara kodok" Kata Zohir.
"Bukan nyamakan Hir, tapi mendekati, katakanlah serupa tapi tidak sama" Kata Uki.
"Ngomongin apa sih ribut-ribut" Kata Bella, keluar dari kamarnya.
akhirnya keluar juga, pikir uki..
"Biasa Bell, ngomongin hujan" Jawab Uki.
"Hujan aja diributkan, gak topik yang lebih menarik kah?" Kata Susi ikutan kaluar kamar, Zohir langsung merapikan rambutnya.
"Eh, Susi, kirain bobok" Jawab Zohir.
"Tadinyasih mau tidur, tapi mendengar suara kalian berdua, sumpah.. jadi hilang selera tidur ku" Jawab Susi jutek.
"Suara kami merdu ya?" Kata UKi.
"Uh.. merdu banget, kalah suara ketawanya nenek lampir" Jawab Bella senyum-senyum manis..
Uki dan Zohir saling pandang. kamudian ikutan tersenyum, walau terlihat sangat pahit.
langit benar-benar mendung, tapi hawa panasnya masih perkasa mengendap di seng-seng rumah kos.
"Kayanya kos ini semenjak ada kalian berdua bertambah panas deh" Kata Bella.
"Ia, setuju Bel, padahal dulu-dulunya sejuk dan adem selalu" Kata Susi.
"Ini pasti gara-gara Zohir, dari mukanya aja terpancar hawa panas" Kata Uki.
"Enak aja, wajah ku adem begini" Jawab Zohir, Susi dan Bella hanya tersenyum.
"Ah... kalian berdua itu sama saja, wajah-wajah pembawa panas" Kata Bella..
"Tapi kamu sukakan...." Kata Uki ngedip-ngedip mata, Zohir senyum-senyum menatap Susi, yang ditatap malah mencibir.
"Ciiss... siapa yang suka sama cowok menyebalkan sedunia macam kamu" Jawab Bella, tapi senyumnya tersungging jua di bibir tipisnya. Uki pura-pura tidak melihat.
"Gak apa-apa deh Hir, kita dibilang cowok menyebalkan sedunia, yang penting suara kamu bisa memanggil hujan" Kata Uki  menadahkan telapak tangan, hujan benar-benar turun walau hanya gerimis
"Ye... cowok menyebalkan sedunia itu kamu saja kali Ki, jangan bawa-bawa aku dong, benarkan Sus?" Jawab Zohir.
"Ia, kamu memang gak menyebalkan Hir, tapi jauh lebih menyebalkan" Kata Susi menikam jantung pertahanan Zohir.
"Tuhkan Hir, mendingan kamu nyanyi aja sekarang, biar hujan makin lebat" Kata Uki, Zohir memanjangkan lehernya, membiarkan tetesan hujan mengenai rambutnya.. 

hujan, biarkan kami menantimu.. sebagai saksi atas apa yang ku rasa,
oh... cinta, mengapa begitu menggelora di saat jantung ini tertusuk duka...
kata Zohir benar-benar bernyayi, kayanya tuh lagu ciptaannya sendiri.. Uki, Susi dan Bella, ketiganya malah ngakak...

Sabtu, 05 Mei 2012

Tiga Kemungkinan


"Kenapalah cewek itu berjalan sendirian?" Kata Zohir sebelum menghirup tetes kopi terakhirnya.
"Minimal ada tiga kemungkinan" Jawab Uki, sobatnya. pagi-pagi memang asik nongkrong di warung, walau cuma memesan segelas kopi+dua batang rokok.
"huh... kaya ucapan detektif jak, pake  kemungkinan" Kata Zohir. "Kalau begitu kemungkinan pertama apa?" tambahnya.
"Bisa saja dia ditinggal cowoknya" Jawab Uki kalem.
"Mm.. kemungkinan kedua?" Tanya Zohir
"mungkin memang dia lagi ingin jalan sendirian" jawab Uki masih kalem
"Kemungkinan ketiga?"
"Nah, untuk yang ketiga, sepertinya tu cewek sengaja mengharapkan aku menemaninya" Jawab Uki nyengir..
"Alah, Pd amat, paling-paling juga tu cewek kabur kalau loe samperin" Kata Zohir mencibir.
"Itu bisa jadi kemungkinan terakhir, kalau loe yang mendekatin, hehehe"
pagi yang dingin berubah mejnadi panas kalau sudah berhadapan dengan kopi panas, apalagi kalau ditemani papan catur, tapi pagi ini Zohir gak mau maen, alesannya otak lagi gak bisa diajak mikir, padahal tiap kali maen juga dia kalah terus. Uki terlalu kuat untuk menjadi lawannya.
"Hei, tumben kalian berdua pagi-pagi udah nongkrong" Kata Susi sambil mendekati tumpukan goreng pisang.
"Kebalik, seharusnya kita yang nanya" Kata Uki.
"Wah... boleh nih, gorengan gratis" Kata Zohir mendekati Susi, tangannya langsung masuk ke dalam plastik hitam yang masih di pegang Susi.
"Ye... Beli donk" Kata Susi secepat kilat mejauhkan plastik hitam dari tangan Zohir, tapi terlambat, tangan Zohir lebih mahir dalam merebut goreng pisang walau di dalam kantong plastik.
"Hehehehe.. maksih ya" Kata Zohir langsung menyuapkan goreng pisang kemulutnya.
"Gak bisa, Bi, yang itu dia yg bayar ya... saya gak bertanggung jawab" Kata Susi, Si Bibi kantin senyum-senyum masem.
"Bohong Bi, sekalian di hitung aja, kemarin dia masih ada hutang sama saya" Kata Zohir kalem.
"Ye... enak aja, siapa juga yang punya hutang sama kamu" Kata Susi.
"Sudah-sudah... goreng pisang satu biji aja diributkan, nanti biarkan aku yang bayar" Kata Uki. Susi masih cemberut.
"Tumben loe ada duit" Kata Zohir menatap Sobatnya. Uki hanya tersenyum.
"Berapa Bi, kopi dua gelas, rokok tiga batang, goreng pisang satu" Kata Uki.
"Tujuh ribu" Jawab Si Bibi.
"Masukin Bon ya Bi" Kata Uki nyengir. si bibi cemberut.
"Busyet, kalau ngutang sih, aku juga bisa" Kata Zohir, keduanya beranjak dari kantin diikuti gelengan kepala si bibi.

"Huh... goreng pisang satu biji sama sekali gak ngurangi rasa lapar" Kata Zohir.
"Ada tiga kemungkinan" Jawab Uki. Zohir mengerutkan kening. "Yang pertama, isi perut loe memang gede, yang kedua, satu emang gak mengenyangkan" Tambah Uki, ia menghentikan pembicaraannya, sengaja memungut batu dan melemparkannya ke kali.
"Yang ketiga?" tanya Zohir, Rasa penasarannya memang seperti anak kecil, dan itulah yang diharapkan Uki.
"Yang ketiga, loe cacingan" Kata Uki.
"Sialan....." Kata Zohir. Uki ngakak.
tidak berapa lama, Uki dan Zohir akhirnya sampai di kostnya, anak-anak cewek lagi berebut gorengan yang dibeli Susi.
"Ya.... kalian berpesta pora menikmati makanan, apakah gak ada relawan yang mau masuk surga" Kata Zohir.
Tika, Susi, Beti dan Yessy keempatnya saling pandang..
"Apa hubungannya makan gorengan dengan relawan" Kata Yessy.
"Jelas ada, Kalian enak-enak makan, sedangkan masih banyak fakir miskin dan anak-anak terlantar di jalanan" Kata Zohir so' serius.
"Alaaaaaah.. belagu loe, memangnya kapan loe pernah nyumbang" Kata Susi.. "Goreng pisang satu biji aja masih nyolong" tambahnya.
"Itu dia masalahnya, kalian enak-enak makan, sedangkan masih ada dua cowok terganteng di kost ini yang kelaparan, kalau kalian mau jadi relawan dan masuk surga, sini.. dengan senang hati kami berdua menerima sumbangan" Kata Zohir, Uki terkekeh..
"Huuuuuuuh..." kata keempat cewek itu serempak"
"Bilang aja kalau mau minta, jangan dibarengi embel-embel" Kata Beti.
"Memangnya kalau minta mau dikasih?" Kata Uki.
"Minta??? beli...." Kata Susi..
"Tuhkan, ngapa kalian gak mau ngasih?" Kata Zohir.
"Ngapa juga kita mau ngasih sama dua cowok menyebalkan sedunia?" Kata Yessi.
"Ada tinga kemungkinan" Jawab Uki, Zohir melirik sobatnya, bosan juga mendengar tiga kemungkinan, tapi sebelum Zohir dan keempat cewek itu komentar Uki langsung nyerobot " Yang pertama, karena kami memang layak mendapat bagian, kemungkinan kedua, karena kalian adalah cewek-cewek manis dan baik hati, kemungkinan ketiga, karena di  kost ini kami berdualah cowok terganteng" Kata Uki.
"Huuuuuuuuuuh...... Dasar" Kata Susi.
"Tuh, kami juga sudah kenyang" Kata Susi ngalah. "Tapi bukan karena kalian ganteng, tapi karena wajah kalian mirip dengan wajah gelandangan Kota" Tambahnya. Zohir dan Uki saling pandang.
"Kayanya muka loe yang mirip gelandangan kota" Kata Uki.
"Enak aja, loe kali" Jawab Zohir.
"Kalau begitu, jatah ini buat aku sendiri" Kata Uki nyengir.
keduanya berebut, siapa cepat dia dapat.. Keempat cewek itu hanya geleng-geleng kepala ala si Bibi kantin.
setelah acara berebut gorengan selesai, kini waktunya mandi, kost itu memilki enam kamar, dan masing-masing kamar dihuni oleh dua orang, kamar mandinya hanya dua, jadi setiap waktu mandi tiba, antri itu sudah pasti. terlebih  penghuni kost itu rata-rata cewek, hanya Uki dan Zohir aja cowoknya, makanaya mereka begitu bangga menyebut sebagai cowok terganteng di kost itu.
"Kenapa ya, kalau cewek mandi koq lamanya naudzu billah" Kata Zohir duduk bersandar di tangga.
"Ada tiga kemungkinan" Jawab Uki.
"Busyet, gak ada kata lain apa, yang lebih menarik selain tiga kemungkinan?" Kata Zohir.
"Ada, bisa jadi lima kemungkinan" Jawab Uki cuek.
"Huh.. sama aja kalau begitu, masih mending tiga kemungkinan, yang pertama pasti karena cewek tu banyak dakinya" Kata Zohir.
"Salah" Kata Uki, "kemungkinan pertama, karena cewek doyan menghabiskan sabun dalam sekali mandi, yang kedua, karena cewek memiliki lebih banyak bagian tubuh dari laki-laki, yang ketiga mungkin cewek hobi menghayal sambil mandi" Jawab Uki.
"Alah.. ketiga-tiganya gak masuk akal" Jawab Zohir.
"Masuk akal atau tidak, itukan kemungkinan" Kata Uki."Nah kalau laki-laki, mandi singkat itu biasa, kalau mandi lama?" Tambah Uki dengan nada bertanya.
"Pasti karena tiga kemungkinan lagi" Jawab Zohir.
"Tepat" Kata Uki, "Yang pertama, cowok itu lagi sakit perut dan mencret, yang kedua, cowok itu mandi hanya seminggu sekali,  dan yang ketiga, cowok itu pasti seseorang yang bernama Zohir" Jawab Uki ngakak..
"Sialan.... " Jawab Zohir.....

Kamis, 03 Mei 2012

Nyari Kos


"Harus kemana lagi kita nyari kos Ki, ini udah yang ketiga harinya, kos udah penuh semua" Kata Zohir.
"Gak tahulah Hir, yang penting kita harus tetap berusaha mencari, masa mau numpang tidur di teras mesjid terus" Jawab Uki.
tiga hati tiga malam mereka terluntang lantung mencari kos yang dekat daerah kampus, tapi udah pada penuh oleh calon-calon mahasiswa yang lebih dahulu datang ke Pontianak, jadi selama tiga hari tiga malam itu, Uki dan Zohir pindah dari masjid ke masjid, sialnya mesjid di kota-kota pada dikunci, jadi mau tidak mau numpang tidur di teras, yang penting bisa baring, itu menurut Zohir.
keduanya masih berjalan gontai, sesekali memandang langit, berharap awan tebal segera menutup matahari yang panasnya begitu menyengat, Uki jongkok memungut sebuah batu seukuran kelereng, kemudian menggoyang-goyangkannya dekat dengan telinga.
"Eh, Hir.. ini batu aneh lho, koq bunyi ya?" Kata Uki.
"Masa sih?" Kata Zohir langsung merebut batu di tangan Uki, menggoyang-goyangkannya dekat telinga seperti yang dilakukan oleh Uki sebelumnya.
"Awas...awas..awas.. ada orang gila mau lempar" Kata Uki berlari sambil ngakak..
"Sialan" Kata Zohir benar-benar melemparkan batu itu ke arah Uki.
hasilnya, lumayan menghilangkan langkah gontai. keduanya jadi kejar-kejaran, saling lempar ala anak kecil..
hingga sore menjelang, akhirnya mereka berhenti di sebah rumah, di depan tertulis.. “MENERIMA KOST”
“itu artinya, tempat  ini masih ada yang kosong hir” Kata Uki.
“Semoga aja Ki” Kata Zohir langsung memencet bel.
“Maaf, di sini gak menerima sumbangan dalam bentuk apapun” Kata seorang cewek seumuran mereka keluar dari balik pintu.
Uki dan Zohir saling pandang.. “Tampang kamu kaya orang yang memintan sumbangan Hir” Kata Uki.
“Enak aja, tampang kamu kali yang seperti itu” Jawab Zohir merasa diremehkan.
untung aja cewek ini cakep Hir.. bisik Uki.
Memangnya kalau jelek mau kamu apain? Zohir balik berbisik.
Ku kasihkan kamu saja tentunya.. Kata Uki menahan senyum, Zohir bersungut tidak jelas.
“Eeh.. ini orang dibilangin, koq malah bisik-bisik, sudah pergi sana” Kata cewek itu.
“Siapa yang minta sumbangan Coba, kami datang kesini mau nyari kos” Kata Uki akhirnya.
“Nyari Kos? Gak salah..” Kata cewek itu, memperhatikan Uki dan Zohir dari ujung rambut sampai ujung kaki.
“Kenapa memangnya, gini-gini juga kami ini calon mahasiswa baru” Kata Zohir. Si cewek mencibir..
“Jadi masih ada yang kosong gak?” Kata Zohir.
“Kalau mau nyari kos, sepertinya kalian salah alamat” Kata Cewek itu.
“Salah alamat? Kalau sudah penuh, bilang aja, jangan bertele-tele, udah gitu pake tempel menerima kos segala di depan tuh” Kata Uki.
“Ia, di sini memang menerima kost, dan kebetulan ada yang masih kosong, tapi apakah kalian gak bisa baca plang di depan” Kata si cewek lagi.
Uki dan Zohir kembali saling pandang, kemudian memandang plang di depan lebih teliti, di atasnya memang ada tulisan dengan ukuran yang cukup besar “MENERIMA KOS” dan di bawahnya ada tulisan yg lebih halus.. “Khusus Putri”
“Oh.. jadi ini tempat khusus untuk cewek ya” Kata Uki cengar-cengir.
“Makanya aku bilang kalian salah alamat” Kata cewek itu.
“Ada apa ini ribut-ribut” Kata seorang perempuan setengah baya, badannya sedikit ndut, tapi masih seksi, seukuran tante-tante girang yang biasa mangkal di tikungan jalan.
“Ini bu, ada yang nyari kost, udah tahu ini khusus putri masih saja ngotot pencet bel” Kata cewek tadi.
“Oh.. nyari kost ya? Kabetulan masih ada beberapa kamar lagi yang kosong” Kata Perempuan setengah baya itu, wajah Uki dan Zohir langsung cerah.
“Lho bu, bukannya ini khusus cewek” Kata Cewek tadi.
“Yang punya kost kamu atau saya” Jawab perempuan setengah baya itu setengah menghardik, matanya terbelalak, si cewek hanya menaikan kedua bahu, kemudian pergi masuk, naik tangga ke ruangan atas.
“Jadi kami bisa kost di sini?” Kata Uki.
“Ya, bisa saja, tapi di sini penghuninya cewek semua, karena wajah kalian berdua kelihatannya tidak berbahaya untuk cewek-cewek di sini, dan daripada kamar di atas banyak yang masih kosong, jadi saya terima, asal ada uang untuk bayar hari ini dan sebulan berikutnya, kalian boleh masuk sekarang juga” Kata Ibu kost itu.
Akhirnya Uki dan Zohir bisa istirahat dengan tenang di malam itu, karena kost itu cukup mahal, Uki dan Zohir memutuskan untuk tidur satu kamar berdua, penghematan, itupun setelah melalui proses memohon dan sedikit merayu pada ibu kost, kini masalahnya hanya satu.. anak-anak cewek yang merasa menjadi senior di kost itu satupun tidak ada yang terlihat ramah.. malah cenderung  menunjukan wajah permusuhan,
“Urusan cewek, tenang hir, seribu satu cara telah ku persiapkan untuk besok dan hari-hari berikutnya” Kata Uki menjelang tidur..

Di Terminal Batu Layang

Ini Lho terminal Batu Layang ^_
Pontianak, aku datang.. Uki membatin sendiri sepanjang perjalanan, bibirnya tidak  berhenti tersenyum sejak melangkahkan kaki dari rumah , andai saja orang memperhatikannya, dia terlihat seperti orgilren.. (orang gila kemaren).
Mobil yang ditumpanginya sudah penuh, musim pendaftaran mahasiswa, anak-anak kampung berlomba-lomba hijrah ke kota, walau hanya memenuhi kos-kosan yang ada di sekitar kampus.
Setengah hari perjalanan, dari kampung nun jauh di perdalaman Bekangkayang sana, kini Uki hampir tiba di bibir Kota, walau belum menginjakan kaki di tengah-tengah Kota pontianak, namun aroma kota benar-benar telah tercium menggoda.
Di terminal Batu Layang, Bus akhirnya berhenti memuntahkan semua penumpangnya, semua berpencar, ada yang berdua, bertiga, bahkan ada yang berkelompok, wajah-wajah calon mahasiswa baru kebanyakan di dampingi oleh orang tua mereka, hanya Uki yang terlihat celingak-celinguk bingung sendiri.
Dari pada berdiri mematung dan di gerayangi pertanyaan dari beberapa tukang ojek yang malah bikin kening mengkerut, akhirnya Uki memutuskan untuk berjalan menuju kantin di bibir terminal, di sana juga sudah banyak remaja seusianya dengan kepala setengah pelontos.
“Kalau jalan hati-hati donk” Bentak seorang cewek begitu kaki Uki tersandung sesuatu, ternyata itu tas miliki si cewek.
“Ops.. Sory, gak sengaja” Jawab Uki mencoba tersenyum ramah.
si cewek mencibir di iringi gumaman tidak jelas.
Uki kembali celingak celinguk, tak ada meja yang benar-benar kosong di sana, akhirnya ia memutuskan untuk duduk di sebuah meja pojok, di sana sudah ada duduk seorang pemuda seusianya dengan mata setengah mengantuk, rambutnya ikal kusut, bibirnya tebal, pipi kirinya penuh bintik hitam bekas jerawat di tambah tai lalat, entah sejak kapan lalat buang air  besar di wajahnya. Dialah Zohir, teman Uki di masa depan.. ^_^
“Boleh numpang duduk di sini ya” Kata Uki mencoba ramah.
“Kalau mau izin duduk, jangan ke saya, tapi tuh kepemiliknya” Jawab Zohir dengan kening mengkerut, kalau lagi seperti itu wajahnya mirip Mr.Bean.
“Ow.. jadi kamu bukan pemiliknya ya? Pasti tukang bersih-bersih di sini” Kata Uki polos.
“Aku ini pelanggan, calon Gubernur masa depan” Jawab Zohir Keki.
Kini giliran Uki yang mengkerutkan kening. “Calon Gubernur masa depan? Maaf.. wajah kamu tidak memungkinkan” Kata Uki terkekeh.
“Eh.. pepatah bilang Wajah bukan ukuran segalanya” Jawab Zohir.
“Ok deh, aku tidak ingin mengganggu cita-cita kamu, tapi Izinkan aku memperkenalkan diri, aku Uki.. calon Presiden di masa depan” Kata Uki mengulurkan tangan kanan.
“Busyet, gak ada cita-cita yang lebih tinggi kah?” Jawab Zohir menjabat tangan Uki, “Zohir” Tambahnya.
“hehehe.. orang seperti kamu aja bercita-cita menjadi gubernur, apa salahnya kalau aku bercita-cita jadi Presiden, toh.. wajahku juga memungkinkan” Jawab Uki, memandang wajahnya sendiri dalam cermin. Zohir mencibir.
“Eh.. ngomong-ngomong kamu mau kemana Ki” tanya Zohir.
“Ke Pontianak Hir, kebetulan aku lulus tanpa tes di salah satu perguruan tinggi” Jawab Uki.
“Mm.. lulus tanpa tes? Hebat juga ternyata kamu” Kata Zohir.
“Ya, begitulah Hir, kamu sendiri mau kemana?”
“Sama, Pontianak juga, aku baru mau daftar tes nih” Kata Zohir. “Tapi aku masih  bingung, ke Pontianak aja baru pertama kali ini, jangankan mau nyari tempat tinggal, arah aja belum tahu, biasalah modal nekat” Tambah Zohir.
“Belum tahu arah, tapi kamu pergi sendirian, gak ada yang mengantar gitu” Kata Uki, Zohir menggeleng.
“Hebat Hir, aku salut.. kamu punya kemauan yang kuat” Kata Uki, Hidung Zohir langsung kembang kempis mendengarnya. “Tenang Hir, aku bisa membantu kamu mencarikan kost” Tambah Uki.
“Wah, terimakasih banyak nih, memangnya kamu udah berapa kali ke Pontianak Ki” Kata Zohir dengan wajah cerah, setidaknya takut tersesat itu sedikit menghilang.
“Ini baru pertama kalinya” Jawab Uki nyengir.
“Busyet, orang buta aja berlaga melihat” Kata Zohir, wajahnya kembali mendung.
“Kita kan bisa mencari bersama” Kata Uki.
“Nyari bersama juga kalau sama-sama tidak tahu, percuma ki, ya itu tadi ibaratnya orang buta di temani dengan orang buta, ujung-ujungnya tersesat juga” Kata Zohir.
“Hir, Bapakku bilang, kalau kita pergi kemanapun yang belum pernah kita datangi, jangan takut tersesat, asal ada tujuan baik di sana, banyak juga orang-orang baik yang akan kita temui, dan InsyaAllah bantuan pasti datang dari segala arah, dan ibuku bilang.. kemana dan dimanapun kita berada, setidaknya kita telah diberi bekal supaya tidak tersesat, ada mata untuk melihat, mulut untuk bertanya, dan telinga untuk mendengar, So.. jadi tidak ada alasan takut tersesat” Kata Uki.
“Betul juga sih Ki, koq aku gak mikir ke situ ya?” Kata Zohir.
“Ya, wajar kalau kamu gak mikir ke situ, soalnya wajah kamu itu wajah orang-orang yang tersesat” Kata Uki terkekeh.
“Enak aja, jangan sembarangan ngomong ya..” Kata Zohir.
“Becanda Hir” Kata Uki masih tertawa.
Akhirnya Uki dan Zohir memutuskan untuk mencari kos bersama, walau tersesat setidaknya ada teman untuk diajak bicara, kata Uki sebelum mereka berdua meninggalkan Terminal Batu layang.